Mangu
Mangu

Makna Lagu Tentang Fourtwnty – Mangu ft. Charita Utami

Makna Lagu Tentang Fourtwnty – Mangu ft. Charita Utami. Di penghujung 2025, lagu “Mangu” milik Fourtwnty featuring Charita Utami kembali naik daun di berbagai playlist dan media sosial. Dirilis pada 10 Maret 2023 sebagai bagian dari album Nalar, lagu berdurasi empat setengah menit ini kini sudah tembus 70 juta streaming dan sering jadi backsound momen sendu anak muda. Dengan aransemen folk-reggae yang santai, vokal Ari Lesmana yang khas, dan sentuhan suara Charita yang lembut, “Mangu” seperti secangkir teh hangat di malam hujan: sederhana, tapi bikin dada sesak.

Lagu ini sebenarnya bercerita tentang rasa bersalah dan penyesalan setelah menyakiti orang yang paling dicintai. Kata “mangu” sendiri dalam bahasa Jawa berarti bingung, gelisah, atau tak tenang. Judulnya sudah mewakili seluruh isi lagu: seseorang yang kehilangan arah karena sadar telah menghancurkan hubungan yang dulu ia jaga mati-matian. Mengapa lagu berusia dua tahun ini tiba-tiba meledak lagi? Mungkin karena akhir tahun selalu bikin orang ingin minta maaf atau sekadar meratapi apa yang sudah lepas.

Lirik Lagu Mangu yang Mengorek Luka Lama

Lirik “Mangu” terasa seperti curhatan pribadi yang dipotong-potong, tapi justru itu yang bikin menusuk. Baris pembuka langsung menghantam: “Aku salah, aku keliru, aku tak mengerti lagi.” Ari menyanyikan pengakuan tanpa alasan pembelaan diri, hanya rasa bersalah telanjang. Ia tahu ia pernah berjanji “takkan pernah buat kau menangis”, tapi kini air mata itu mengalir karena ulahnya sendiri.

Bagian yang paling sering dikutip adalah chorus: “Mangu atiku, mangu pikiranku, sejak kau tak ada di sisi.” Di sini kata “mangu” diulang seperti mantra, seolah penyesalan itu terus berputar tanpa henti di kepala. Charita Utami masuk di verse kedua dengan suara lembutnya, seolah mewakili pihak yang disakiti: “Kau bilang cinta, tapi pergi saat aku butuh.” Duet mereka seperti percakapan terakhir yang tak pernah selesai, penuh penyesalan dari satu sisi dan kekecewaan dari sisi lain. Liriknya tak pernah menyalahkan siapa pun secara gamblang, tapi justru membuat pendengar merasa ikut terlibat dalam pertengkaran itu.

Makna Penyesalan yang Terlambat

Inti lagu ini bukan sekadar putus cinta, tapi tentang menyadari nilai seseorang setelah kehilangan. Ari menggambarkan dirinya yang dulu cuek, sering menunda, menganggap pasangannya akan selalu ada. Baris “Dulu kau ada saat aku jatuh, kini aku jatuh saat kau tiada” jadi tamparan keras: baru saat kehilangan, ia paham betapa besar peran orang itu dalam hidupnya.

Ada rasa malu yang tersirat, seolah ia tak berani meminta kembali, hanya bisa “mangu” dari kejauhan.

Fourtwnty sengaja memilih bahasa Jawa campur Indonesia agar terasa lebih dekat dengan akar. Kata-kata seperti “mangu”, “nelongso”, “getun” membawa rasa yang sulit diterjemahkan ke bahasa lain. Ini bukan lagu marah atau menyalahkan, tapi lagu menunduk, lagu yang mengaku kalah karena terlambat menghargai. Itulah mengapa banyak pendengar bilang: “Mangu” bukan cuma lagu buat mantan, tapi buat siapa saja yang pernah menyakiti orang tua, sahabat, atau pasangan tanpa sengaja.

Resonansi di Kalangan Pendengar Lagu Mangu

Sejak rilis, “Mangu” jadi anthem anak muda yang lagi dalam fase introspeksi. Di media sosial, ribuan video pendek memakai potongan lagu ini untuk cerita putus, minta maaf ke orang tua, bahkan sekadar menangis di kamar kos. Konser Fourtwnty di berbagai kota tahun ini selalu diakhiri dengan lagu ini, dan penonton kompak nyanyi bareng, banyak yang terlihat berkaca-kaca. Charita Utami sendiri pernah bilang di panggung bahwa ia menangis saat pertama kali rekam bagiannya, karena liriknya terlalu dekat dengan pengalaman pribadi.

Lagu ini juga sering diputar saat orang ingin mengirim pesan tanpa kata-kata: cukup kirim link “Mangu”, lawan bicara langsung paham, “Aku salah, aku menyesal, aku gelisah tanpamu.” Kekuatannya ada pada kesederhanaan, tak perlu drama berlebih, cukup satu kata Jawa yang sudah mewakili segalanya.

Kesimpulan

“Mangu” adalah lagu yang tak pernah usang karena selalu ada orang yang terlambat sadar. Ia mengajarkan bahwa penyesalan paling pahit bukan saat disakiti, tapi saat menyadari kita yang menyakiti orang yang tak pantas disakiti. Dengan aransemen yang tenang, lirik yang jujur, dan duet Ari-Charita yang menyayat, lagu ini seperti cermin: memaksa kita menatap kesalahan sendiri tanpa bisa lari.

Di akhir tahun 2025 ini, saat banyak orang menutup buku lama dan membuka lembaran baru, “Mangu” hadir sebagai pengingat manis sekaligus pedih: kalau masih ada yang bisa diperbaiki, jangan tunggu sampai hanya tinggal gelisah. Karena terkadang, satu kata “maaf” yang tak terucap bisa membuat hati mangu selamanya.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *